Yogyakarta, November 2025 — Dua mahasiswa Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada kembali menorehkan prestasi membanggakan di tingkat nasional. Stefani Adelia Tiurma Mukti dan Fauzi Gilang Aldianta, keduanya mahasiswa Arkeologi angkatan 2023, berhasil meraih penghargaan dalam ajang kompetisi bisnis bertaraf nasional yang diikuti puluhan universitas dari dalam dan luar negeri.
Pada 25 Oktober 2025, Stefani dan Fauzi bersama Haydar Amru Refanda (mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi 2022) meraih First Runner Up dalam kompetisi Industrial Business Project di Universitas Brawijaya. Tim ini mengusung ide platform digital untuk mengenalkan desa wisata di Sangiran, sebagai bentuk inovasi dalam promosi potensi arkeologi dan wisata berbasis masyarakat.
Tak berhenti di situ, Stefani kembali menunjukkan kiprahnya di dunia bisnis dan teknologi dengan mengikuti Techtonic 2.0 di Universitas Indonesia pada 8 November 2025. Dalam ajang tersebut, ia berkolaborasi kembali dengan Haydar dan berhasil meraih Third Winner melalui ide pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) untuk melakukan predictive modeling dalam menentukan lokasi ekskavasi dan analisis artefak. Inovasi ini menjadi bukti bahwa arkeologi dapat berkembang melalui integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Stefani mengaku bahwa ketertarikannya mengikuti kompetisi bisnis muncul dari keinginannya untuk memperluas wawasan di luar bidang akademik. Ia menilai kompetisi bisnis dapat menjadi sarana untuk melatih kemampuan berpikir strategis, manajemen, dan komunikasi yang juga bermanfaat bagi masa depan.

“Saya ingin mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. Kalau suatu saat saya tidak bisa menjadi arkeolog, setidaknya saya sudah memiliki keahlian lain yang bisa menjadi batu loncatan. Selain itu, saya juga melihat peluang besar di bidang manajemen bisnis yang dapat diterapkan dalam dunia arkeologi,” tutur Stefani.
Di balik keberhasilannya, Stefani juga menghadapi tantangan besar dalam membagi waktu antara kegiatan akademik dan persiapan lomba. Ia harus mampu menyeimbangkan jadwal kuliah, tugas, dan riset dengan proses pembuatan proposal serta presentasi ide di hadapan juri. Namun baginya, semua usaha tersebut terbayar dengan pengalaman berharga yang ia peroleh dari ajang yang diikuti oleh 34 universitas dalam dan luar negeri.
Gagasan Stefani dan tim tentang desa wisata Sangiran terinspirasi dari kepekaannya terhadap potensi lokal. Ia melihat bahwa Sangiran, sebagai situs prasejarah dunia, memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi desa wisata edukatif berbasis digital yang dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar.
Ke depan, Stefani berharap ide bisnis pengembangan desa wisata Sangiran ini dapat dilanjutkan dan direalisasikan, terutama karena sudah mendapat dukungan dari komunitas masyarakat lokal yang ingin berkolaborasi dalam upaya pengenalan potensi desa melalui teknologi dan edukasi.
Prestasi Stefani dan Fauzi menjadi bukti bahwa mahasiswa arkeologi tidak hanya berperan dalam meneliti masa lalu, tetapi juga mampu berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Mereka menunjukkan bahwa arkeologi dapat berjalan seiring dengan kemajuan teknologi dan semangat kewirausahaan untuk membawa dampak nyata bagi masyarakat.